NBnews - Jika disuruh memilih Mistani alias Buk Surya (90) tentu ingin tinggal di rumah mewah yang dilengkapi fasilitas di dalamnya. Sayangnya, warga Dusun Soloh Timur, Desa Murtajih, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan ini, tidak punya pilihan lain.
Kemiskinan yang menjeratnya, memaksa ia tinggal di rumah gedek dan reyot berukuran 3x4 meter. Ya, puluhan tahun Mistani yang kini sudah lumpuh itu mengisi hari-harinya di rumah berlatai tanah dan berdinding gedek.
Ia tak sendirian. Ada setidaknya 5 hingga 7 ekor itik yang menemani hari-hari, baik makan maupun tidurnya. Mistani tidak pernah bosan memberi makan bahkan kadang membuang kotoran yang menghiasi bantal dan tempat tidurnya.
Memprihatinkan memang, sejak puluhan tahun dihuni rumah yang hanya memiliki satu ruangan itu juga tanpa dilengkapi fasilitas mandi cuci kakus (MCK). Karuan saja, pakaian, dapur dan tidurpun 'kumpul kebo' bersama kandang itik.
"Itik saya tidur di bawah. Saya tidur di atas," kata Mistani sambil menyantap makanan bantuan dari tetangganya.
Mistani sendiri sudah lama ditinggal suaminya, Sumo. Berapa tahun, ia sudah tidak begitu mengingatnya. Begitu juga dengan anaknya yang juga telah meninggalkan dirinya sebatang kara.
Diakui atau tidak, tanpa keberadaan suami membuat ekonomi semakin lumpuh. Jangankan memikirkan rumah layak, mencukupi kebutuhan sehari-hari saja sudah sulit. Untuk makan saja, Mistani mengandalkan bantuan dari tetangganya-
"Saya sudah tua. Tidak kuat untuk kerja. Saya hanya ingin menemani itik-itik ini. Kadang, saya ingin itik saya harus makan terlebih dahulu dari pada saya. Kalau itik saya bertelor, ya saya menjual telornya," ujarnya.
Kini, rumah yang sempit menjadi saksi perjuangan Mistani. Meski tidak punya keluarga, untuk mencuci baju dan lain sebagainya ia dibantu oleh Wati (55), tetangganya. Wati pun tanpa pamrih membantu Mistani. "Saya ikhlas. Kasihan dia sudah tua," kata Wati.
Diakuinya, tanah yang berdiri rumah gedek itu milik Pak Munawwar. Rumah ala kadarnya itu juga dibangun oleh para tetangganya.
Kemiskinan yang menjeratnya, memaksa ia tinggal di rumah gedek dan reyot berukuran 3x4 meter. Ya, puluhan tahun Mistani yang kini sudah lumpuh itu mengisi hari-harinya di rumah berlatai tanah dan berdinding gedek.
Ia tak sendirian. Ada setidaknya 5 hingga 7 ekor itik yang menemani hari-hari, baik makan maupun tidurnya. Mistani tidak pernah bosan memberi makan bahkan kadang membuang kotoran yang menghiasi bantal dan tempat tidurnya.
Memprihatinkan memang, sejak puluhan tahun dihuni rumah yang hanya memiliki satu ruangan itu juga tanpa dilengkapi fasilitas mandi cuci kakus (MCK). Karuan saja, pakaian, dapur dan tidurpun 'kumpul kebo' bersama kandang itik.
"Itik saya tidur di bawah. Saya tidur di atas," kata Mistani sambil menyantap makanan bantuan dari tetangganya.
Mistani sendiri sudah lama ditinggal suaminya, Sumo. Berapa tahun, ia sudah tidak begitu mengingatnya. Begitu juga dengan anaknya yang juga telah meninggalkan dirinya sebatang kara.
Diakui atau tidak, tanpa keberadaan suami membuat ekonomi semakin lumpuh. Jangankan memikirkan rumah layak, mencukupi kebutuhan sehari-hari saja sudah sulit. Untuk makan saja, Mistani mengandalkan bantuan dari tetangganya-
"Saya sudah tua. Tidak kuat untuk kerja. Saya hanya ingin menemani itik-itik ini. Kadang, saya ingin itik saya harus makan terlebih dahulu dari pada saya. Kalau itik saya bertelor, ya saya menjual telornya," ujarnya.
Kini, rumah yang sempit menjadi saksi perjuangan Mistani. Meski tidak punya keluarga, untuk mencuci baju dan lain sebagainya ia dibantu oleh Wati (55), tetangganya. Wati pun tanpa pamrih membantu Mistani. "Saya ikhlas. Kasihan dia sudah tua," kata Wati.
Diakuinya, tanah yang berdiri rumah gedek itu milik Pak Munawwar. Rumah ala kadarnya itu juga dibangun oleh para tetangganya.
Inilah Potre Bangsaku, andaikan saja para pemimpin negri ini benar-benar menjadi kalifah bumi dan berbakti kepada rakyat tentulah tak ada kisah seperti nenek di atas, namun yang terjadi.... justru Para pemimpin negri ini sibuk saling sikut sana sini, saling menjatuhkan, saling mementingkan diri sendiri, memperkaya diri, partai dan golongan..... ini realita...
Sampai kapan Negri konon kaya raya ini lepas dari budaya tidak baik terutama Korupsi??
Sesungguhnya hidup sangat dekat dengan kematian, dan kita manusia berada di persimpangan jalan antara surga dan neraka... maka perbuatlah kebajikan di waktu sempit ini karna sebenar-benarnya tempat adalah akhirat yakni hari pembalasan.
Apakah Anda Suka? Please Share.